Kamis, 24 Maret 2016

Analisis Taare zamen par



NAMA : BERLIAN NOVRIENDI
JURUSAN : SASTRA INDONESIA
MAKUL : BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
DOSEN: ALVI PUSPITA                 
TAARE ZAMEN PAR
Film Taare Zameen Par ,saya menceritakan kembali film yang telah saya tonton tentang seorang anak kelas 3 setingkat SD yang bernama Ishaan Nandkishore Awasthi. Seperti anak-anak seusianya, Ishaan sangat suka bermain. Namun tidak seperti anak-anak seusianya yang lain, Ishaan tergolong anak yang susah belajar, dianggap bodoh dan nakal. Tidak heran karena ia tidak pernah mengerakan Pekerjaan Rumah (PR), nilai ulangannya selalu di bawah rata-rata, ia juga kesulitan untuk membaca dan menangkap perintah dan kata-kata orang lain, setiap kata-kata dan tulisan yang dilihatnya seolah-olah tulisannya itu seperti menari-nari. Sebenarnya Ibunya, Maya Awasthi sering membantunya belajar. Dengan kesabaraannya ia membantu Ishaan mengulang pelajarannya, namun pada akhirnya Ibunya lelah karena lagi-lagi Ishaan salah dalam menulis. Ia selalu saja salah dalam menulis kata-kata. Misalnya seharunya ditulis table ia menulisnya dengan tabl kemudian ia menulisnya dengan tabel. Dan masih banyak kata-kata lain yang susah dimengerti. Selain itu ia juga kesulitan untuk mencerna perintah dari guru. Misalnya instruksi untuk membuka halaman 38, bab 4 paragraf 3, dia kesulitan untuk melakukannya. Namun dari kekurangan yang dimiliki, dia juga mempunyai kelebihan. Dia sangat pandai dan suka melukis.
Ishaan sangat berbeda dengan kakaknya, Yohan Awasthi. Yohan sangat cerdas di semua mata pelajaran termasuk olahraga yaitu tenis. Selama sekolah Ishaan juga menjadi bahan ejekan temen-temenya. Bahkan gurunya pun juga sering memarahinya karena dia mempunyai kekurangan tersebut. Mengetahui kondisi tersebut Ayahnya, Nandkishore Awasthi mendaftarkannya untuk mengikuti program asrama.
Di asrama pun tidak ada perubahan yang berarti. Justru keadaan Ishaan yang semakin terpuruk. Selain ia tidak mau sekolah di asrama, guru-guru di asrama tersebut lebih galak dibandingkan sekolah sebelumnya. Ishaan masih sering menerima hukuman keluar kelas, nilainya masih di bawah rata-rata. Bahkan ia juga mengalami hukuman dipukul menggunakan penggaris oleh guru mata pelajaan Seni yang bernama Holkar. Ishaan sebenarnya telah berusaha, tetapi semakin ia berusaha semakin bingung. Ia merasa tulisan yang ia baca bergerak-gerak sehingga ia tidak bisa membaca. Tekanan dari guru dan ejekan dari teman-temannya semakin menekannya. Bahkan membuatnya tidak mau menggambar lagi.
Kemudian datang seorang guru kesenian pengganti sementara yang bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan). Guru baru ini mempunyai cara mendidik yang baru, tidak seperti guru lain yang mengikuti norma yang ada dalam mendidik anak-anak, Ram membuat mereka berpikir keluar dari buku-buku dan imajinasi mereka. Setiap anak di kelasnya merespon dengan antusias yang besar kecuali Ishaan. Ram kemudian berusaha untuk memahami Ishaan dan masalah-masalahnya. Ram menyadari bahwa Ishaan menderita penyakit penderitaan anak diseleksia, sebuah kesulitan dalam membaca, menulis dan menghitung. Ram menyadari kondisi Ishaan karena dulunya ia pun mengalami gejala disleksia. Padahal, sebenarnya seseorang yang mengalami disleksia memiliki kemampuan intelegensi yang tinggi. Jika tak diasah dengan kesabaran dan keterampilan dalam mendidik, maka sang anak akan terus terjerat dalam ketidaktahuan dalam membaca dan menulis. Dia memberikan  contoh profil tokoh yang mengalami disleksia seperti Albert Einsten, Leonardo da Vinci, Pablo Picasso, Muhammad Ali, Walt Disney, Thomas Alfa Edison dan masih banyak lagi lainnya. Ia mecontohkan tokoh-tokoh dunia yang mengalami disleksia sehingga melejitkan semangat Ishaan dalam belajar. Dengan waktu, kesabaran dan perawatan Ram berhasil dalam mendorong tingkat kepercayaan Ishaan. Dia membantu Ishaan dalam mengatasi masalah pelajarannya dan kembali menemukan kepercayaan yang hilang. Ia mampu mengajak anak didiknya itu memahami dan menyeberangi lautan ilmu dengan proses yang menyenangkan.
Ram pulalah yang menyadarkan orang tua Ishaan bahwa anaknya mengalami disleksia. Setelah menemui orang tua Ishaan, Ram kemudian memohon kepada Kepala Sekolah (asrama) agar Ishaan diberikan kemudahan dan tidak dikeluarkan. Dimana ia nantinya yang akan membantu Ishaan agar dapat membaca dan juga menulis. Kemudian untuk meningkatkan kepercayaan diri Ishaan dan memperlihatkan kelebihan Ishaan dalam melukis, Ram mengadakan lomba melukis bagi guru dan murid di asrama tersebut.
Ishaan keluar sebagai pemenang. Hasil lukisannya dan juga lukisan Nikumbh dipakai sebagai sampul buku tahunan sekolah tersebut. Selain itu di akhir sekolah, nilai-nilai Ishaan pun tidak lagi di bawah rata-rata. Ia sudah mampu bersaing dengan teman-temannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar